Menilik Bisnis Sapi Perah Pribadi di Rembangan
![]() |
| Ilustrasi Sapi Perah (Sumber:https: //id.pinterest.com/pin/849350810954045699/) |
Seperti
Nita (32 tahun), salah seorang
peternak sapi pribadi dari Desa Kemuningsari Lor. “Usaha ternak sapi saya ini pemberian dari kedua orang
tua saya. Mereka sudah punya usaha ternak sapi ini sejak tahun 2000-an. Jadi,
saya meneruskan usaha mereka,” ujarnya pada Minggu (24/3/2019).Susu Sapi Rembangan merupakan salah satu produk
yang menjadi ikon dari Kabupaten Jember. Siapa sangka ternyata jika di Desa Kemuningsari Lor, Kecamatan Arjasa mempunyai beberapa
peternak sapi. Tak hanya yang berasal dari Pemerintah Daerah setempat yang
bekerja sama dengan Dinas
Ketahanan Pangan dan Peternakan
Pemerintah Kabupaten Jember, masyarakat sekitar juga mempunyai usaha ternak sapi pribadi.
Suami serta adiknya juga turut membantu dalam
mengelola usahanya. Nita juga memperkerjakan seorang karyawan untuk merawat
sapi-sapinya yang berjumlah 3-4 ekor tersebut.
Selain peternakan sapi yang dibangun oleh Pemerintah
Daerah setempat, Nita juga berkata ada lima orang peternak sapi pribadi di
Rembangan, termasuk dirinya. Bagi Nita, ada perbedaan besar yang terjadi antara bekerja di peternakan sapi milik pemerintah
dengan peternakan sapi milik
pribadi. Pemerintah hanya berdistribusi dengan mitra-mitra tertentu seperti
koperas. Sedangkan usaha ternak
pribadi lebih menguntungkan karena penghasilan yang diperoleh lebih besar tanpa
ada pemotongan biaya, seperti pajak. Nita juga bisa bertemu langsung dengan pengepul yang akan membeli susu sapi nya. Itulah yang menjadi sisi keuntungan bagi
dirinya dan peternak susu pribadi lainnnya.
Namun,
tidak ada usaha yang tidak pernah
menemui hambatan. Berbagai macam kendala pernah wanita ini alami selama mengelola usahanya tersebut.
Seperti ketika musim hujan, sapi bisa jarang minum karena suhu dingin dibandingkan dengan hari-hari
biasanya. Ini menyebabkan produksi
susu yang bisa diperah berkurang. Selain itu, untuk mendapatkan bekatul (bagian terluar
padi yang terbungkus oleh sekam) juga sulit. Bekatul biasa dicampurkan ke dalam minuman sapi dengan tujuan supaya selera
minum sapi-sapi ternak bisa
bertambah, sehingga sehingga produksi susu sapi
pun juga meningkat.
Berbeda
halnya dengan kendala yang terjadi pada saat musim kemarau. Nita mengungkapkan bahwa sulit sekali mendapatkan rumput segar untuk
dia berikan pada sapi ternaknya.
Kendala lainnya seperti sapi yang bunting tua (hamil
tua) tidak bisa diperah air susunya dalam kurun waktu seminggu
setelah melahirkan. Anak-anak sapi
harus memperoleh susu dari induknya untuk tumbuh dan tekstur air susu indukan
saat itu juga tidak memungkinkan untuk dijual (mengental seperti ampas tahu). Kendala-kendala
tersebut dapat menyebabkan Nita memperoleh keuntungan yang tidak stabil.
Nita berkata bahwa ia juga ingin memperluas usaha susu
sapi perahnya. Karena selama ini, ia hanya menjual produk berupa susu sapi
mentah kepada para pengepul.
Penulis: Adinda dan Alvia (Berita Wacana)


Komentar
Posting Komentar